Jumat, 28 September 2012

SIPA 2012

Gaung Solo sebagai kota seni dan budaya tak pernah habis. Setelah gelaran sendratari Matah Ati, Solo menggelar ajang Solo International Performing Art (SIPA) 2012.
SIPA 2012 menebarkan pesan cintai bumi dan lingkungan lewat seni pertunjukkan bertajuk Save Our World, Better Future. Diawali dengan tari-tarian alam oleh panitia dan sang maskot SIPA, GKR Timoer Rumbai Kusumadewayanti, pembukaan  agenda tahunan Solo, Jumat (28/9/2012) malam, yang digelar di Pamedan Pura Mangkunegaran itu memukau para penonton. Salah satu unsur gerakan gemulai pada Tari Bedaya dan Serimpi yang dibawakan Timoer malam itu memberikan kesan membumi.
Betapa tidak, tari Bedaya dan Serimpi yang biasanya dipentaskan dalam ritual keratin, malam itu bisa disaksikan ribuan penonton yang hadir.
Usai dibuka dengan tarian pembuka. Gerakan akrobatik The Heliosphere oleh The Dream Engine membawa penonton menikmati indahnya langit Solo. Delegasi dari British Council yang baru kali pertama singgah di Solo itu, menari akrobatik di atas para penonton. Sekitar 20 menit, ia berselancar dan berputar-putar di langit Kota Bengawan. Sesekali, ia berkomunikasi dengan penonton dengan meluncur hingga merengkuh tangan mereka.
Aerialis, sebutan penari Heliosphere, malam itu tampil prima. Tanpa ragu ia terus berputar dan menari-nari di atas langit. Disertai dengan warna balon udara yang bergonta ganti warna, tingkah perempuan asal Inggris itu membuat penonton semakin takjub. “Tindakan kami ini tetap memiliki makna dan kesinambungan dengan alam, ketika kami mengenalkan betapa pentingnya udara untuk kehidupan kita,” ucap Director The Dream, Steve Edgar, sebelum pentas.

Jumat, 21 September 2012

NGEJAZ BARENG: Solo City Jazz Lebih Ekspresif


SOLO–Pergelaran Solo City Jazz, yang digelar di depan Pasar Triwindu, Ngarsopuro Solo,  Jumat (21/9), malam dibuka oleh Walikot Solo, Jokowi. Gebukan drum Joko Widodo itu membuka ajang ngejaz bersama.
Pergelaran musik jaz malam itu dibuka dengan iringan lagu Bengawan Solo oleh Deputy 1 Bidang Kepemudaan dan kementerian Pemuda dan Olahraga, KRT Bambang Trijoko. Mengiringi lagu yang biasa dinyanyikan dengan musik keroncong, barisan-barisan nada dalam musik jazz membuat lagu Bengawan Solo terdengar lebih segar. Sebuah kolaborasi seni tradisi dan aliran musik modern yang cukup apik.
Dilanjutkan dengan penampilan Jamm’z Connection dan penyanyi berbakat Diah Ayu Lestari, suasana di Ngarsopuro malam itu semakin hangat. Penyanyi muda itu  tampil menawan dengan menggeber delapan lagu seperti Curly Hair, Dasar lelaki, Hai Kau, dan Hey Baby.
Bukan hanya tampil dengan lagu-lagu dalam albumnya sendiri, Diah, malam itu lagi-lagi memberikan suguhan musik jaz yang ekspresif saat membuka lagu pertama dengan lantunan syair Suwe Ora Jamu. Suwe ora jamu. Jamu godhong telo. Suwe ora ketemu, temu pisan dadi gelo,” nyanyinya.
Tampilan musisi asal papua Iwanouz, tak kalah menariknya. Lelaki yang khas dengan rambut kribonya ini mengawali penampilan dengan ngejam bersama Jamm’z Conection. Ditambahi sentuhan musik Papua, komposisi nada dalam jazz kolaborasi dua musisi yang menggunakan tempo cepat itu berhasil membuat ratusan penonton yang datang menggoyangkan kepala dan badannya.
Bukan hanya diisi dengan tampilan ekspresif para musisi jazz. Solo City jazz hari pertama yang juga diisi Prabumi, Healthy Body dengan Jazz dan Ska-nya, Ari Pramundito dan musisi jazz Indonesia Mus Mujiono malam itu juga disuguhi dengan konsep panggung bergerak. Sebanyak enam model mengenakan red batik berdiri dan terus bergoyan di atas perahu buatan berbahan bambu yang dipasang di enam titik.
Konsep itu, menurut Artistik Director Solo City Jazz , Heru Mataya, sengaja disuguhkan untuk memberikan kesan sederhana. Bahwa musik jazz dekat dengan semua kalangan masyarakat dari berbagai usia. “Permainan bambu itu dibuat agar menyatu dengan arsitektur triwindu. Menggambarkan sebuah optimisme bahwa jazz bisa diterima semua kalangan,” ucapnya saat ditanya wartawan, Jumat malam.

Rabu, 12 September 2012

Calender Event 2012

JANUARI 2012

Grebeg Sudiro, Acara gunungan menyambut tahun baru Imlek. kompleks Pasar Gede, 15 Januari 2012.
Sekaten, Menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW,  Alun-alun utara Kraton Surakarta tanggal 30 Januari – 5 Februari 2012.

FEBRUARI 2012

Grebeg Maulud, Puncak perayaan Sekaten. Masjid Agung Surakarta, 5 Februari 2012 mulai pukul 10.00 WIB – Selesai.
Festival Ketoprak, di Gedung Kesenian Balekambang. 17 – 21 Februari 2012.
Solo Karnaval, karnaval budaya dalam rangka memperingati hari jadi kota Surakarta, Jalan Slamet Riyadi 18 Februari 2012.
Gunungan Charity Boat Race, di kawasan Bantaran Sungai Bengawan Solo. 19 Februari 2012.

MARET 2012

Mahesa Lawung, Hutan Krendhawahana (berada 14 km arah utara Solo, daerah Gondangrejo, Karanganyar) 22 Maret 2012 mulai jam 09 pagi.

APRIL 2012

Pesona Balekambang, acara berupa pameran flora dan fauna di area hutan terbuka Balekambang (belakang Manahan). 18 – 22 April 2012.
Bengawan Travel Mart, merupakan agenda pariwisata tahunan yang mempertemukan seller dan buyer pelaku wisata. 28 -29 April 2012
Solo Menari, event pertunjukan tarian, baik tradisional maupun kontemporer sehari semalam di kawasan tertentu di Kota Solo.  29 April 2012.

MEI 2012

Mangkunegaran Performing Art, Event pertunjukan tari-tarian dan pentas seni khas Trah Keraton Mangkunegaran. Venue berada di Pura Mangkunegaran. 11 – 12 Mei 2012.
Festival Dolanan Bocah, event di kawasan Gladag ini berupa atraksi pertunjukan permainan anak-anak tempo dulu yang sampai sekarang tetap dilestarikan.  18 – 20 Mei 2012.
Asia Pasific Historian Conference, merupakan konferensi para pakar sejarah se-Asia Pasifik. 22 – 24 Mei 2012

JUNI 2012

Kemah Budaya, Acara kemah dalam rangka pembelajaran kemandirian para pelajar di kota Solo dalam nuansa budaya. 8 – 10 Juni 2012 di Lapangan Kota Barat.
Keraton Art Festival, 13 – 14 Juni 2012 di Keraton Kasunanan Surakarta
Tingalan Jumenengan Dalem ke-7 ISKS XIII, merupakan upacara peringatan kenaikan tahta SISKS Pakubuwono XIII.
Solo Kampong Art, 16 – 20 Juni 2012.
Parade Hadrah, Jalan Slamet Riyadi, 19 Juni 2012.
Kreasso (Kreatif Anak Sekolah Solo),  di kawasan Ngarsapura 24 – 26 Juni 2012.
Solo Batik Carnival,  30 Juni 2012 mulai pukul 19:00 WIB di sepanjang Jalan Slamet Riyadi.

JULI 2012

Solo Batik Fashion, 13 -16 Juni 2012 di kompleks Balaikota Surakarta.
Pentas Wayang Orang Gabungan, 19 – 22 Juli 2012 di Gedung Wayang Orang Sriwedari
Festival Dalang Bocah, 22 – 23 Juli 2012 di area Joglo, Sriwedari.
Wayang Bocah, 22 – 23 Juli 2012 di Gedung Wayang Orang Sriwedari.

AGUSTUS 2012

Malem Selikuran, kirab seribu tumpeng dari halaman Pagelaran Keraton menuju Taman Sriwedari yang diikuti para prajurit serta barisan lampu ting, 8 Agustus 2012.
Maleman Sriwedari, event pasar rakyat di Bonrojo Sriwedari. Agenda tanggal 10 – 25 Agustus 2012
Grebeg Poso, prosesi membawa gunungan dari Keraton Surakarta menuju Masjid Agung. 19 Agustus 2012.
Pekan Syawalan Jurug, 22 – 29 Agustus 2012 di Taman Satwa Taru Jurug.
Bakdan ing Balekambang, 19 – 26 Agustus 2012 di Taman Balekambang.

SEPTEMBER 2012

Federation for Asian Cultural Promotion Conference, 6 – 9 September 2012, The Sunan Hotel.
Grand Final Pemilihan Putra-Putri Solo 2012, dipusatkan di Balaikota Surakarta, 8 September 2012.
Pentas sendratari kolosal “Matah Ati”, 8-10 September 2012 di Pamedan Pura Mangkunegaran 19.45-22.00.
Pameran Seni Rupa 2012, 8 – 13 September di Taman Budaya Surakarta.
Solo Keroncong Festival, 14-15 September 2012 di Ngarsopuro, mulai jam 19.30. Gratis!
PRAWAN (Parade Lawak Nasional), 14-15 September 2012 di Gedung Kesenian Balekambang.
Mukernas Persatuan Seniman Komedi Indonesia, 14-15 September 2012 di Taman Balekambang.
Indie Clothing Festival, 14-16 September 2012 di Diamond Convention Center.
Lesehan Keroncong Asli, 18 September 2012 di Pendhapa Ageng Taman Budaya Surakarta jam 8 malam.
Solo City Jazz, 21-22 September 2012 di kawasan Ngarsopuro. Gratis!
Parkiran Jazz, 27 September 2012 di pelataran Balai Soedjatmoko, kompleks TB Gramedia jam 19.00. Gratis!
Solo International Performing Art (SIPA) 2012, 28-30 September di Pamedan Mangkunegaran. Gratis!
Jambore Onthel Nasional, 29-30 September 2012 di Alun-Alun Utara.

OKTOBER 2012

Solo Investation Tourism and Trade Expo (SITTEX), 11 – 14 Oktober 2012.
Solo International Tea Festival,  13 – 14 Oktober 2012
Grebeg Pangan, acara kirab dari Purwosari – Sriwedari 14 Oktober 2012.
Solo Culinary Festival, 14 – 16 Oktober 2012.
Pasar Seni Balekambang, 25 -28 Oktober 2012.
Grebeg Besar, di depan Masjid Agung, 26 Oktober 2012

NOVEMBER 2012

Javanesse Theatrical,  9 – 11 November 2012
Kirab Apem Sewu, suatu hajatan kirab yang digelar oleh warga Kampung Sewu, Jebres.  11 November 2012.
Bengawan Solo Gethek Festival, merupakan festival naik gethek (rakit) menyusuri Sungai Bengawan Solo.  11 November 2012
Kirab Malam 1 Sura,  16 – 17 November 2012 mulai pukul delapan malam sampai dini hari.
Wiyosan Jumenengan SP KGPAA Mangkoe Nagoro IX, 25 November 2012.

DESEMBER 2012

Pesta Budaya dan Kembang Api Malam Tahun Baru, 31 Desember 2012.

NB: Agenda sewaktu-waktu bisa berubah menyesuaikan situasi dan kondisi.
Sumber:
  • Surakarta.go.id
  • Bengawan.org/2011/12/calendar-of-cultural-event-solo-2012

Selasa, 11 September 2012

Solo Batik Carnival

Kota Solo dengan budayanya, mempunyai berbagai macam warisan budaya dan hasil tradisi, salah satunya adalah Batik. Sejarah panjang tentang eksistensi batik di kota ini sudah ada sejak zaman dahulu. Keberadaan kampung batik Laweyan dan Kauman sebagai bukti nyata tentang perkembangan batik di kota Bengawan.

Untuk melestarikan, mengembangkan, dan memperkenalkan batik kepada masyarakat luas, maka di Solo ada event tahunan berskala besar yakni Solo Batik Carnival (SBC). Beraneka ragam kreasi kostum yang disusun dari beragam corak batik diperagakan oleh kurang lebih 300 peserta tiap tahunnya.
SBC ini pertama kali digelar pada tahun 2008 dalam bentuk karnaval sepanjang jalan Slamet Riyadi. Berangkat dari Solo Center Point dan berakhir di Balaikota Surakarta, SBC telah berhasil menyedot perhatian ribuan warga Solo dan wisatawan dari berbagai kota di Indonesia. Kemudian SBC pun mulai dikenal luas dan menjadi salah satu ikon pariwisata negeri ini.

Tema SBC tiap tahun selalu berbeda. Mulai dari tema Wayang, Topeng, Sekar Jagad, Keajaiban Legenda, dan Metamorfosis. Tahun 2012 ini adalah tahun kelima penyelenggaraan SBC.
Dampak terhadap pariwisata dan perekonomian kota Solo sangat besar. Penyediaan paket tour wisata dari biro perjalanan, penginapan yang selalu penuh ketika SBC dihelat dan publikasi wisata kota Solo yang kian luas. Bahkan, pedagang kaki lima pun merasakan berkah dengan larisnya dagangan yang ia jajakan.
Sebagai ikon wisata baru kota Solo, SBC telah beberapa kali ditunjuk oleh Kementerian Pariwisata untuk mewakili Indonesia dalam ajang  internasional seperti Chingay Festival di Singapura, Malaysia Association of Tour and Travel Agents (Matta) Fair, dan SBC akan tampil di Tournament of the Rose Pasadena, California, Amerika Serikat pada 1 Januari 2013 mendatang.

Matah Ati Dipentaskan Di Solo

Matah Ati
Setelah sukses atas pementasan di Singapura dan Jakarta, pertunjukan sendratari kolosal Matah Ati akhirnya “pulang kampung”, dan dipentaskan di Pamedan Mangkunegaran, Solo, pada tanggal 8, 9, dan 10 September 2012. Konsepnya  berbeda dengan pementasan sebelumnya, karena dipentaskan di panggung terbuka dengan ukuran panggung tiga kali lebih besar. Jay Subyakto selaku penata artistik, mengaku bisa leluasa bermain dengan api di panggung outdoor, hal ini tentu sulit dilakukan di panggung indoor.
Sebanyak 5.000 undangan kelas festival setiap harinya telah habis dibagikan. Pemegang undangan kelas festival gratis menyaksikan Matah Ati dengan posisi menonton lesehan di depan panggung. Selain itu juga dijual 1500 tiket kelas 1, VIP, dan VVIP.
Proses Kreatif Matah Ati
Matah Ati bercerita tentang perjuangan dan pencarian cinta Rubiah, seorang gadis desa yang mendampingi Raden Mas Said (Pangeran Sambernyowo) saat berjuang melawan penjajah Belanda. Matah Ati  juga menceritakan sejarah Istana Mangkunegaran, di mana Rubiyah yang dipersunting Raden Mas Said, kemudian diberi gelar Bandoro Raden Ayu Kusuma Matah Ati. Dari pernikahan mereka, banyak generasi Raja Mangkunegaran lahir.
Matah Ati terinspirasi oleh Langendriyan yang merupakan karya Raja Mangkunegoro IV. Langendriyan adalah tarian klasik dalam gaya Mangkunegaran disertai dengan lagu-lagu Jawa sebagai bentuk ekspresi visual.
“Indonesia memiliki banyak cerita sejarah yang inspiratif. Matah Ati diangkat dari perjuangan seorang wanita Jawa abad ke-18 dengan cinta dan dedikasi untuk keluarga dan negara. Cerita ini bahkan lebih relevan pada saat ini karena keyakinan Rubiyah pada masanya masih diyakini oleh jutaan perempuan Indonesia saat ini,” jelas Bandoro Raden Ayu (BRAy) Atilah Soeryadjaya, pencipta, penulis dan sutradara Matah Ati.
Tim produksi Matah Ati menyiapkan sebuah panggung artistik yang mengusung nuansa kontemporer untuk pertunjukan yang penuh kejutan. Tantangan tim Matah Ati adalah bagaimana membuat pertunjukan yang mempromosikan apresiasi budaya, bermakna namun tetap menarik untuk ditonton. Dalam menciptakan sebuah tontonan budaya yang menarik, tim produksi melibatkan Jay Subyakto, direktur artistik ternama yang telah memiliki pengalaman dalam berbagai pertunjukan besar.
Jay menggunakan panggung dengan sudut kemiringan 15 derajat, panggung ini memungkinkan penonton untuk secara jelas mengamati formasi tari, seolah-olah mereka duduk di barisan depan. Juga bermain dengan tata cahaya dan efek khusus untuk memberikan nuansa magis dan megah, serta kostum yang dirancang dengan indah.
Matah Ati Solo
Matah Ati adalah pertunjukan budaya yang mengangkat koreografi dan musik tradisional Jawa, didukung teknologi modern dan tata cahaya canggih tanpa menghilangkan inti dari tari tradisional Jawa. Saat pementasan perdana Matah Ati di Singapura pada tahun 2010, penonton memberikan standing ovation dan menerima banyak pujian.
Atilah menulis Matah Ati dua setengah tahun yang lalu berdasarkan penelitian yang mendalam. Dia mengumpulkan data dari berbagai perpustakaan, penelusuran artefak sejarah, dan wawancara langsung untuk mendapatkan informasi rinci dan fakta pendukung. Karena keterbatasan literatur tentang Rubiyah, cerita dikembangkan berdasarkan analisis yang didukung oleh artefak yang sudah ada. Sebagai contoh, formasi tarian di sejumlah adegan menampilkan Rubiyah di tengah dikelilingi oleh para prajurit perempuannya. Hal ini terinspirasi oleh makam Rubiyah di Astana Gunung Wijil, Jawa Tengah, di mana makamnya juga dikelilingi oleh makam prajurit perempuan.
Atilah menggunakan cara yang sama dalam merancang kostum. Referensi berasal dari berbagai kostum abad ke-18 Jawa kuno yang dikumpulkan dari perpustakaan Istana Mangkunegaran. Untuk melengkapi keseluruhan artistik, Atilah juga memberikan sentuhan warna seni kontemporer.
Dalam menciptakan sebuah cerita yang diterjemahkan melalui tarian tradisional Jawa, Atilah berdiskusi dengan tim yang terdiri dari tiga profesor tari dari Institut Seni Indonesia (ISI), Surakarta. Bersama dengan seniman profesional yang merupakan lulusan ISI, koreografer, dan produser kreatif terbaik di Indonesia membuat tim produksi lebih dari 150 orang. Pertunjukan ini melibatkan 300 penari dan musisi gamelan.
“Terobosan artistik dalam seni pertunjukan akan mendapatkan keuntungan yang besar jika penonton bisa menonton di panggung yang menakjubkan. Fakta-fakta sejarah tentang Rubiyah mendampingi Mas Raden Said dalam pertempuran dan memimpin 40 prajurit perempuan dibungkus dalam sebuah pertunjukan seni menakjubkan sehingga kita dapat menyaksikan pertunjukan budaya di panggung modern. Mudah-mudahan, pertunjukan tari ini dapat menjadi sumber kebanggaan serta memperkuat cinta atas warisan budaya Indonesia, khususnya budaya Jawa,” tambah Atilah.

Sabtu, 08 September 2012

Matah Ati, Istri Pangeran Sambernyowo

Wonogiri – Sosok Raden Ayu Matah Ati yang juga disebut Matah Ati saja tak bisa dilepaskan dari sepak terjang Pangeran Sambernyowo (Raden Mas Said). Pasalnya, Matah Ati merupakan istri tercinta Pangeran Sambernyowo.
Matah Ati terlahir dengan nama Rubiyah. Dia adalah anak perempuan Kyai Kasan Nuriman atau Kyai Matah, seorang ahli agama di Dusun Puh Kuning. Kyai Kasan Nuriman merupakan keluarga besar priyayi di Keraton Kasultanan Pajang, dan masih memiliki garis keturunan dengan Raja Kasultanan Pajang IV. Dia juga guru spiritual Pangeran Sambernyowo.
Pertemuan Matah Ati dengan Raden Mas Said terjadi secara tidak sengaja. Ketika itu Raden Mas Said tengah menonton pertunjukan wayang kulit di Dusun Bantengan sebelah utara Puh Kuning. Terlihat olehnya seorang gadis cantik dengan wajah begitu anggun duduk di dekat kelir wayang.
Lantaran penasaran, dirinya diam-diam menyobek kain yang dikenakan si gadis. Usai pentas wayang, para punggawanya disuruh mencari gadis dengan kain yang tersobek. Tak menunggu lama akhirnya ditemukan gadis yang dimaksud. Dia adalah Rubiyah. Dan Pangeran Sambernyowo kaget sebab tidak menyangka gadis yang ditaksirnya adalah putri Kasan Nuriman alias sang guru spiritualnya. Akhirnya tanpa menunggu lama segera dilamarlah Rubiyah.
“Setelah menjadi isteri Pangeran Sambernyowo, Rubiyah diganti namanya menjadi Raden Ayu Matah Ati, karena dia adalah anak Kasan Nuriman atau Kyai Matah, dan nama Dusun Puh Kuning dijadikan Dusun Matah,” terang Juru Kunci Sendang Siwani Matah, Supardi, Sabtu (8/9).
Kini Dusun Matah berada di wilayah administratif Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Tepatnya, termasuk di Desa Singodhutan. Sendang Siwani yang terkenal sebagai tempat ziarah itu juga berada di Dusun Matah.
Seperti diberitakan sebelumnya, selama tiga malam, Sabtu hingga Senin (8-10/9), di Pamedan Mangkunegaran diselenggarakan Pagelaran Tari Matah Ati.

KIRAB FACP: Ribuan Orang Padati Jl Slamet Riyadi

SOLO–Ribuan orang memadati Jl Slamet Riyadi menonton kirab budaya peserta delegasi Federation for Asian Cultural Promotion (FACP), Sabtu (8/9/2012). Bahkan, para penonton memenuhi di sekitar panggung utama yang disediakan panitia di depan Plasa Sriwedari.
Pantauan kami  pukul 16.00 WIB, rombongan peserta delegasi FACP baru melintas di depan panggung utama. Diikuti beberapa peserta dari sanggar seni di Kota Solo dan kelompok kesenian perwakilan dari kelurahan.
Kirab yang mengusung tema wayang itu, petugas gabungan dari Dishubkominfo, Polresta Solo menutup jalan yang menuju lokasi kirab. Meski demikian, masih banyak kendaraan yang melintas di jalur kirab tersebut.
Kegiatan yang merupakan rangkaian konferensi ke-10 FACP itu diikuti 195 peserta delegasi FACP. Direncanakan kirab itu akan diikuti sekitar 1.200 anak dari berbagai sekolah dasar dan sanggar seni. Direncanakan finish kirab di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan.

"Matah Ati", drama tari di panggung miring

Tirai panggung tersibak sesaat setelah seorang sinden melantunkan lagu tentang lakon "Matah Ati", sebuah kisah nyata yang terjadi di tanah Jawa pada pertengahan abad ke-18, saat negeri ini berperang melawan tentara Perserikatan Perusahaan Hindia Timur (Vereenigde Oostindische Compagnie/VOC).

Lampu pun kemudian menyorot ke panggung drama kisah cinta dua kesatria Surakarta, Raden Mas Said dan Rubiyah. Sebuah panggung yang ditata miring.

Adegan dibuka dengan tarian Rubiyah. Sambil menari, ia bernyanyi pilu.

Ia sedang bermimpi menjadi seorang Putri Ningrat, namun sebagai rakyat biasa ia sadar itu hanya bisa jadi angan-angan. 

Rubiyah tidak tahu, suatu saat takdir akan membawanya menjadi istri penguasa tanah Jawa, Raden Mas Said.

Percikan cinta antara keduanya bermula saat rombongan Raden Mas Said melintasi Desa Matah, tempat Rubiyah tinggal. 

Hati Raden Mas Said dikisahkan langsung tergetar saat melihat seorang gadis yang kemudian diketahui sebagai Rubiyah.

Suka cita warga pedesaan Jawa kemudian ditampilkan dengan tarian. Para penari tampak luwes, bergerak bebas di panggung miring.

Adegan selanjutnya berganti dengan Raden Mas Said yang sedang melakukan tapa brata, memohon kekuatan kepada Tuhan. 

Selama bertapa, tiga figur perempuan menggodanya. Tapi dia bergeming. Sukmanya justru melayang dari raga untuk menari bersama gadis yang ia lihat di Desa Matah. 

Sesaat setelah ruhnya kembali ke jasad, ia bertanya-tanya, "Apa maksud Tuhan mengirimkan gadis itu?"

Namun kondisi tanah Jawa yang sedang berada dalam cengkeraman penjajah Belanda membuat dia sejenak melupakan kejadian di pertapaan dan melaksanakan tugas sebagai kesatria Surakarta, memimpin perang.

"Tiji tibeh, mati siji, mati kabeh, mukti siji, mukti kabeh (mati satu, mati semua, mulia satu, mulia semua)" katanya menyemangati para prajurit.

Pasukan Raden Mas Said yang jumlahnya sedikit berhasil dipaksa mundur oleh pasukan Belanda. Mereka pun kemudian menyusun strategi, yang melibatkan prajurit putri.

Rubiyah, yang digambarkan sebagai gadis yang cantik dan sederhana, hadir sebagai pemimpin laskar prajurit putri. 

Raden Mas Said makin jatuh cinta padanya. Rubiyah pun kemudian menjadi penyemangatnya dalam berjuang dan dinamai "Matah Ati" yang artinya melayani hati sang pangeran. 

Perang besar selanjutnya pecah. Laskar prajurit putri yang dipimpin Rubiyah bergabung dengan pasukan Raden Mas Said. 

Bersama, mereka berhasil memenangkan perang. Sebuah perjanjian kemudian dibuat di Salatiga pada 17 Maret 1757, meski meninggalkan duka mendalam karena perang telah menewaskan banyak saudara dan menimbulkan perpecahan akibat politik devide et impera Belanda.


Panggung miring

Sang penata artistik, Jay Subyakto, sengaja membuat panggung miring untuk merepresentasikan latar cerita "Matah Ati", kawasan perbukitan Surakarta.

"Waktu kita napak tilas, di sana banyak sekali bukit-bukit miring. Selain itu, panggung ini juga untuk memperjelas konfigurasi tariannya," kata Jay.

Awalnya, panggung yang miring menjadi tantangan bagi sekitar 200 penari yang terlibat dalam pementasan lakon itu. 

Namun Jay, yang sempat dianggap "musuh" karena ide panggung miringnya, berhasil meyakinkan para pemain. 

"Tidak ada pertunjukan yang baik yang mudah dilaksanakan. Pasti ada proses yang panjang," kata tamatan Fakultas Teknik Universitas Indonesia itu.
Proses yang panjang itu akhirnya memetik sukses. Para pelakon tidak tampak mengalami kesulitan bermain di panggung miring. Pertunjukan pun selalu mendapat respon bagus dari masyarakat sehingga kemudian ditampilkan berulang kali.

Lakon "Matah Ati" yang akan digelar pada 22-25 Juni di Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dan Solo pada 8-10 Juni mendatang, menjadi tahun ketiga pergelaran lakon tersebut. 

"Matah Ati" sudah bertandang ke Singapura pada 22-23 Oktober 2010 dan Jakarta pada 13-16 Mei tahun lalu.

"Karena banyak permintaan dari masyarakat yang belum menyaksikan 'Matah Ati'," kata produser dan sutradara "Matah Ati", Atilah Soeryadjaya.


Tak hanya sejarah
Drama tari "Matah Ati" tidak hanya menyajikan sejarah perjuangan yang patut dikenang dan menampilkan budaya bangsa yang wajib dilestarikan, namun juga memanjakan mata penikmat drama dengan tata artistik panggung yang membuat kagum. 

Karya yang patut mendapat penghargaan itu berawal dari keprihatinan sang sutradara. Atilah merasa tergugah hatinya karena prihatin saat membaca tulisan "Solo is heaven for terrorist" (Solo adalah surga bagi para teroris) di surat kabar negara tetangga.

Gambaran tentang Solo di surat kabar negara tetangga itu bertolak belakang dengan Solo yang dia kenal, sebuah kota yang kaya akan seni dan budaya. 

Ia pun kemudian merancang pementasan "Matah Ati" untuk menampilkan Solo yang dia kenal dan mengangkat kembali budaya-budaya Indonesia.

"Karena banyak budaya kita yang masih tersimpan dan belum muncul. Jangan sampai nanti muncul di negara lain dan baru ribut," tambah Atilah yang juga berperan sebagai penulis naskah dan perancang kostum drama itu.

Akhirnya jadilah "Matah Ati" yang membanggakan nama Indonesia, meski tidak mendapat dukungan dari pemerintah.

"Kami hanya mendapat dukungan doa restu dari pemerintah," ujar Atilah.